Sok Hebat Tapi Kosong: Fenomena Tong Nyaring di Sekitar Kita
Opini – Vona Tarigan
Pernah bertemu dengan orang yang selalu ingin terlihat paling hebat?
Mereka berbicara keras, penuh percaya diri, seolah tahu segalanya. Tapi ketika diminta bukti atau solusi nyata, tiba-tiba hilang arah — atau lebih parah, berkelit dengan sejuta alasan.
Opini – Vona Tarigan
Pernah bertemu dengan orang yang selalu ingin terlihat paling hebat?
Mereka berbicara keras, penuh percaya diri, seolah tahu segalanya. Tapi ketika diminta bukti atau solusi nyata, tiba-tiba hilang arah — atau lebih parah, berkelit dengan sejuta alasan.
Orang seperti ini biasanya senang meremehkan pendapat orang lain. Mereka cepat menyela, suka mengoreksi, dan tampil seakan paling benar. Padahal, kalau diperhatikan baik-baik, kebanyakan dari mereka hanya mengulang apa yang pernah didengar, bukan hasil pemikiran atau pengalaman pribadi.
Tak heran jika banyak yang menyebut mereka seperti tong kosong nyaring bunyinya. Suaranya keras, tapi isinya nol. Mereka sibuk berbicara untuk terlihat pintar, padahal yang keluar hanyalah omong kosong yang berisik.
Ketika Sok Hebat Jadi Pengganggu
Sikap seperti ini bukan cuma menjengkelkan, tapi juga bisa merugikan lingkungan sekitar. Dalam sebuah rapat, misalnya, mereka mendominasi pembicaraan tanpa kontribusi berarti. Diskusi yang seharusnya produktif malah berubah jadi debat kusir. Semua orang kehabisan waktu, tapi tak satu pun masalah terselesaikan.
Ironisnya, mereka yang benar-benar hebat justru tidak banyak bicara. Orang-orang ini rendah hati, tenang, dan lebih suka bekerja dalam diam. Mereka tahu bahwa ilmu itu luas — dan semakin banyak belajar, semakin sadar betapa sedikit yang sebenarnya kita tahu.
Belajar dari Keheningan
Sikap rendah hati bukan berarti lemah. Justru dari kerendahan hati, kita belajar mendengarkan, memahami, dan tumbuh. Karena pada akhirnya, yang membedakan orang hebat dari yang sok hebat bukan kata-katanya, tapi tindakannya.
Jadi, kalau suatu hari kamu bertemu dengan orang yang “terlalu banyak bicara tapi tak jelas arah,” tak perlu ikut panas. Biarkan mereka sibuk dengan dunia kecilnya sendiri.
Kamu cukup fokus pada hal-hal nyata yang membawa manfaat — karena kehebatan sejati tidak perlu diumumkan, ia terlihat lewat hasil.
“Bicara boleh lantang, tapi jangan kosong. Karena suara paling keras belum tentu paling benar.”**