Poto : Netanyahu & Trump/Ist
INDOKOM NEWS | Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akhirnya tak bisa lagi jaga wibawa. Dari Gedung Putih, Washington, Senin (29/9/2025), ia langsung menghubungi Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, untuk menyampaikan permintaan maaf.
Alasannya serius: serangan rudal Israel ke target Hamas di Qatar ternyata mengenai salah sasaran hingga menewaskan seorang prajurit Qatar. Insiden ini bikin hubungan diplomatik dua negara makin panas.
“Perdana Menteri Netanyahu menyampaikan penyesalan mendalam bahwa serangan tersebut melanggar kedaulatan Qatar dan berjanji Israel tidak akan mengulanginya,” ujar pernyataan resmi Gedung Putih.
Permintaan maaf itu keluar di sela pertemuan Netanyahu dengan Presiden AS Donald Trump, yang tengah berupaya meredam konflik dan mendorong gencatan senjata di Gaza.
Dari Galak Jadi Lembek
Netanyahu sebelumnya dikenal keras kepala dan menantang. Ia berkali-kali mengejek Qatar karena dianggap memberi ruang bagi Hamas untuk bergerak bebas. Padahal, ada kesepakatan diam-diam selama ini: Israel menoleransi Hamas di Qatar demi menahan pengaruh Iran di kawasan.
Namun, situasi berubah drastis sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023. Israel melancarkan serangan bukan hanya ke Gaza, tapi juga ke Iran, Suriah, Lebanon, hingga Yaman. Qatar pun ikut kena getahnya ketika rudal Israel menghantam wilayah mereka awal bulan ini.
Trump Turun Tangan
Bukan cuma Qatar yang marah, Trump juga kesal berat. Qatar adalah sekutu dekat AS, bahkan pernah menghadiahi Trump sebuah pesawat mewah. Serangan Israel dinilai memperkeruh situasi, apalagi saat itu Hamas sedang membahas proposal gencatan senjata yang diinisiasi AS di Doha.
Jalan Damai Versi Baru
Agar konflik tak makin runyam, Netanyahu dan Sheikh Mohammed akhirnya sepakat membentuk kelompok kerja tiga arah bersama AS. Tugasnya: memperbaiki komunikasi, menyelesaikan keluhan, dan memperkuat kerja sama menghadapi ancaman di kawasan.
Meski begitu, langkah Netanyahu minta maaf ini jadi sorotan besar. Dari yang tadinya keras kepala, ia kini terpaksa menurunkan nada. Bisa dibilang, Netanyahu benar-benar kena mental setelah disemprot Trump dan ditekan situasi internasional.**
(Vona Tarigan)